Senin, 22 Desember 2008

Konsep Dasar Pmbelajaran Membaca

Konsep Dasar Pmbelajaran Membaca Kritis

Konsep pembelajaran membaca dilihat dari tujuan penciptaan komunikasi yang bermakna dan pewujudan pembaca yang teratur dan antusias, menurut Duffy dan Roehler (1989:ii), bisa dideskripsikan dengan memilahnya menjadi tiga rumpun tujuan yaitu rumpun sikap (attitude goals), proses (process goals), dan isi (content goals). Rumpun tujuan sikap bermuara pada pencapaian pemahaman dan apresiasi dalam membaca melalui pengajaran tidak langsung. Rumpun tujuan proses bermuara pada pencapaian kemampuan yang ditandai dengan kelancaran (fluency) dalam studi dan pemahaman komprehensif teks. Rumpun tujuan isi bermuara pada kendali pemahaman melalui aktivitas membaca, aktivitas menyimak, dan aktivitas membaca dan berfikir.

Membaca kritis dalam kerangka pemikiran Duffy dan Roehler di atas termasuk dalam rumpun tujuan proses. Rumpun tujuan proses itu sendiri pada awalnya terbagi dua yaitu rumpun keterampilan rutin (routine skills) dan strategi metakognitif (metacognitive strategies). Keterampilan rutin mencakup pengenalan kata dan penguasaan kosakata. Pengenalan kata mesti didasari pemahaman penguasaan konvensi bahasa dan unit-unit linguistik. Penguasaan dua dasar pemahaman itu diharapkan membentuk kecepatan mengenali huruf (instant recognition of words). Di sisi lain, penguasaan kosakata berkaitan dengan pemahaman makna, penguasaan ini akan membentuk kemampuan mengenali makna dengan cepat (instant recognition of word meaning). Kemampuan mengenali kata dengan kemampuan mengenali makna secara sinergis akan membentuk kemampuan dalam memahami teks dengan tepat dan cepat.

Strategi metakognitif terbagi menjadi empat jenis strategi yaitu strategi dalam memulai, strategi pada saat membaca, strategi pada akhir membaca, dan strategi belajar. Tiga strategi pertama berfokus pada kronologi kegiatan membaca sedangkan strategi keempat menekankan pada penerapan membaca sebagai salah satu strategi cara belajar. Strategi pertama berintikan pada peramalan makna; strategi kedua terdiri atas strategi pengenalan bentuk kata (analisis struktur, konteks, dan fonik), makna kata (konteks dan analisis struktur), dan pemahaman (pesan penulis dan apa yang ada dibalik pesan tersebut). Strategi pada saat membaca ini bertujuan untuk menghilangkan halangan (removing blockages) yang mengakibatkan pada kesalahan pemahaman. Strategi ketiga atau strategi pada akhir membaca (disebut pula strategi membaca kritis) terbagi atas pemahaman organisasi dan penilaian, intinya untuk mendapat pemahaman yang lebih luas. Strategi keempat agak berbeda dengan ketiga strategi sebelumnya . Strategi ini berkaitan dengan cara belajar (study strategies) yang intinya bertujuan untuk meningkatkan efesiensi dalam belajar. Di dalamnya tercakup kebiasaan belajar, lokasi belajar, kecepatan, strategi pengorganisasian, dan cara mengingat.
Dalam kerangka pikir pembelajaran membaca yang dirancang Duffy dan Roehler di atas, penelitian ini terletak pada rumpun tujuan proses strategi metakognitif (metacognitive strategies), khususnya pada proses pemahaman dan penilaian.


1. Pengertian dan Ciri Membaca Kritis

Menurut konsep dasar pengajaran membaca yang dirancang oleh Duffy dan Roehler di atas, membaca kritis dilakukan pada akhir proses membaca. Ada dua kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu mengorganisasi dan mengevaluasi. Kegiatan mengorganisasi mencakup proses merangkum (summarizing), menentukan tema atau sudut pandang utama, dan menarik kesimpulan. Kegiatan ini pada intinya adalah merestruktur makna teks atau dengan kata lain merekonstruksi pemikiran penulis yang tertuang dalam tulisannya tersebut.
Tahap mengevaluasi berisi kegiatan menilai pesan yang diungkapkan penulis. Yang dinilai adalah keterpercayaan penulis, penggunaan fakta, bias, propaganda, atau validitas kesimpulan yang dirumuskan penulis.

Ahmad Slamet Hardjasudjana mendefinisikan membaca kritis sebagai kegiatan menerapkan kriteria yang relevan dalam mengevaluasi suatu bahan bacaan (1986:5.2). Bentuk berpikir yang dominan dilakukan dalam kegiatan membaca ini adalah mengidentifikasi, menganalisis, melakukan inferensi, menghubungkan, menilai, dan aplikasi. Untuk bisa melakukan kegiatan membaca seperti ini dibutuhkan empat prasyarat pokok sebagai berikuit:
a. Pengetahuan yang memadai pada bidang materi yang dibacanya;
b. Sikap menilai yang hati-hati;
c. Kemampuan menerapkan metode analisis yang logis; dan
d. Konsekuen mengambil kesimpulan dan mengambil tindakan berdasarkan temuan analisis.

Agak berbeda dengan Duffy dan Roehler, Nurhadi (1987:145) melihat membaca kritis sebagai salah satu dari tiga tingkat kemampuan membaca. Ia berpendapat bahwa jenjang kemampuan membaca meliputi tiga tingkat, yaitu kemampuan membaca literal, kemampuan membaca kritis, dan membaca kreatif. Kemampuan membaca literal adalah kemampuan mengenal dan menyatakan kembali unsur-unsur tersurat dalam bacaan (reading the lines). Kemampuan membaca kritis adalah kemampuan mengolah bahan bacaan secara kritis (reading between the lines dan reading beyond the lines). Kemampuan membaca kreatif adalah kemampuan menerapkan dan menghubungkan hasil baca dengan konteks kehidupan yang lebih luas.
Dengan merujuk pada pendapat Edgar Dale, Nurhadi mendeskripsikan detail reading between the lines sebagai berikut :
a. kemampuan menafsirkan ide pokok paragraf;
b. kemampuan menafsirkan gagasan utama bacaan;
c. kemampuan menafsirkan ide-ide penunjang;
d. kemampuan membedakan fakta-fakta atau detail bacaan;
e. kemampuan memahami secara kritis hubungan sebab akibat;
f. kemampuan memahami secara kritis unsur-unsur perbandingan (Nurhadi, 1987: 153).

Ciri lanjutan kemampuan membaca kritis menurut Nurhadi adalah adanya kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan ke dalam situasi baru yang bersifat problematis dan kemampuan menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi. Kemampuan yang sangat dituntut dalam membaca kritis adalah kemampuan menafsirkan. Kemampuan menafsirkan ini membutuhkan kemampuan menganalisis isi bacaan. Kemampuan menganalisis adalah kemampuan pembaca melihat komponen-komponen atau unsur-unsur yang membentuk sebuah kesatuan. Dalam kegiatan membaca, kemampuan menganalisis yang diperlukan meliputi kemampuan memisahkan gagasan utama dengan detail atau fakta penunjang, kemampuan mengklasifikasi fakta, kemampuan membandingkan antargagasan yang ada dalam bacaan, dan kemampuan membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.
Kemampuan lain yang termasuk membaca kritis adalah kemampuan membuat sintesis. Ketika penulis tidak mengungkapkan secara eksplisit gagasan utama yang ia sampaikan, pembaca harus berupaya sendiri secara kritis menyimpulkan gagasan utama itu. Kemampuan yang termasuk dalam kemampuan membuat sintesis adalah kemampuan membuat kesimpulan, mengorganisasi gagasan utama, menentukan tema bacaan, menyususn kerangka bacaan, menghubungkan data-data sehingga diperoleh kesimpulan, dan kemampuan membuat ringkasan.

Setelah kemampuan memahami makna tersurat dan tersirat, kemampuan menganalis dan sintesis, kemampuan yang menjadi ciri k
Kemampuan membaca kritis adalah kemampuan menilai. Nurhadi mengemukakan tujuh rincian kemampuan menilai sebagai berikut :
a. kemampuan menilai kebenaran gagasan utama atau ide pokok paragraf atau bacaan secara keseluruhan;
b. kemampuan menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau sekedar opini;
c. kemampuan menilai atau menentukan bahwa sebuah bacaan itu diangkat dari realitas atau fantasi pengarang;
d. kemampuan menentukan tujuan pengarang dalam menulis karangannya; kemampuan menentukan relevansi antara tujuan dengan pengembangan gagasan;
e. kemampuan menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan yang dibuat;
f. kemampuan menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa baik pada tataran kata, frase, atau penyusunan kalimat.

Kurland (http://www.critical reading.com) mempertegas bahwa dalam kegiatan membaca kritis, kegiatan membaca yang dilakukan tidak hanya untuk mengenali apa yang dikatakan teks tetapi juga menilik bagaimana teks itu menjelaskan pesan intinya, bagaimana pengarang mengatur strategi menyusun data dalam mengungkapkan contoh, membuat alasan, menarik simpati, mempertegas kontras suatu masalah, sampai pembaca paham benar makna keseluruhan yang menjadi inti teks dengan strategi penyampaiannya.
Kurland menegaskan tiga tujuan utama membaca kritis yaitu mengenali tujuan penulis, memahami nada dan elemen persuasi, serta menilik kemungkinan adanya bias. Alat yang digunakan dalam berpikir kritis adalah analisis dan inferensi. Analisis digunakan untuk mencari apa yang dibicarakan sedangkan inferensi digunakan untuk memikirkan apa yang didapat.

Lebih lanjut Kurland menyampaikan tiga tahap utama proses membaca kritis. Tahap pertama, sama dengan pendapat Nurhadi, adalah kegaiatan membaca untuk mencari makna literal. Membaca makna literal ini mencakup proses pengenalan dan pemahaman struktur dan makna kata, kalimat, termasuk asosiasi dan ungkapan. Tahap kedua adalah proses menganalisis dan penggambaran elemen, pola, dan hubungan antarelemen tersebut. Elemen dan pola yang dimaksud adalah isi (content), bahasa, dan struktur. Tahap terhakhir adalah menginterpretasi makna secara keseluruhan. Interpretasi itu dilakukan berdasarkan elemen-elemen teks dan bagaimana elemen-elemen itu dijalin menjadi satu kesatuan. Pada tiap tahap tersebut terjadi penilaian dengan mencari kemungkinan adanya bias.
Bentuk konkret kegiatan menilai suatu teks dalam proses membaca kritis, dicontohkan Hardjasujana (1986: 5.11-5.12) dalam bentuk tabel berikut :


Isi
· Fakta atau opini
· satu sisi atau dari berbagai sisi
· adakah upaya membandingkan perbedaan dan persamaan
· Kelebihan ide/informasi dibanding penulis lain
· pendapat pembaca sendiri tentang ide/informasi bacaan
· ada tidaknya penghilangan materi yang relevan
· ada tidaknya membicarakan yang tidak perlu

Organisasi
pola dan teknik pengembangan deduktif ataukah induktif
bagaimana jalan pikiran dan cara penyusunan idenya dibanding penulis lain, apakah lebih logis dan mudah dipelajari
Gaya
· ketapatan diksi kosakata
· kejelasan alur transisi
· ketepatan pemilihan gaya menulis (puitis, liris, satiris, analitis, atau anekdotis)
bagaimana gaya penulis jika dibandingkan dengan gaya penulis lainnya, mana yang lebih cocok untuk topik itu

Dengan merujuk pada uraian Thouless, Hardjasujana (1986:5.17-5.20) mengemukakan sepuluh tanda-tanda yang harus diwaspadai dan diantisipasi pembaca kritis

Tanda-tanda yang Harus Diwaspadai
Antisipasi
1
Penggunaan kata-kata emosional
terjemahkan ke dalam kata-kata netral
2
Pernyataan salah yang hanya mencakup sebagian saja
masukkan kata semua atau seluruh sehingga terlihat salahnya
3
penggunaan contoh yang ekstrim seolah-olah representattif
tunjukkan bagian dari contoh yang tidak representatif
4
pernyataan yang tidak ajeg atau tidak logis
tunjukkan bahwa dua kalimat itu tidak berhubungan
5
pernyataan kompromi dengan alasan emosional
tunjukkan sifat emosional dalam pernyataan itu kemudian gambarkan situasi yang sebenarnya
6
bernalar dalam lingkaran (memancing pertanyaan)
buatlah preposisi dengan istilah yang sederhana
7
penggunaan jargon yang bombastis
ubahlah kata-kata yang bernada menanjak dengan kata-kata sederhana yang mudah dipahami
8
perubahan makna kata
kembalikan ke makna asal
9
penggunaan panggilan yang eksplosif
Netralkan dari khayalan jelek
10
berpikir tabloid, berpikir melalui genaralisasi
carilah contoh-contoh yang khusus atau lebih konkret

Hardjasujana (1986: 5.22-5.23). merangkum proses kegiatan berpikir dengan tujuh langkah prosedur berikut :
a. Berpikirlah kritis. Membaca kritis menuntut aktivitas, kewaspadaan, dan kebijaksanaan dalam memberikan penghargaan maupun celaan. Membaca kritis bukanlah membeo kata-kata pengarang;
b. Lihatlah apa yang ada dibalik kata-kata itu untuk mengetahui motivasi penulis;
c. Waspadalah terhadap kata-kata yang mempunyai sifat berlebihan, tidak tentu batasnya, emosional, ekstrim, dan merupakan genaralisasi yang berlebihan seperti kata hanya, mustahil, pasti,sempurna,setiap, dan sejenisnya.;
d. Waspadapah terhadap perbandingan yang tidak memenuhi persyaratan;
e. Cermati logika penulis yang tidak logis. Kadangkala penulis menggunakan kalimat-kalimat dan jalan berpikir yang tidak hati-hati.
f. Perhatikan pernyataan yang Anda baca itu secara persegi dan tidak emosional. Berhati-hatilah jangan sampai mencoba mencari sesuatu di dalam pernyataan yang tidak ada sangkut-pautnya dengan kata-kata yang ada pada baris-baris bacaan;
g. Janganlah Anda bingung karena Anda tidak mengetahui apa yang telah Anda baca itu mesti sesuai dengan pikiran penulis. Anda tidak usah setuju dengan apa yang Anda baca, namun demikian Anda dituntut memahami apa yang Anda baca. Jangan kacaukan yang bersifat emosional dengan intelektual.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca kritis merupakan kegiatan membaca yang didalamnya terdapat unsur pemahaman dan penilaian. Unsur pemahaman mencakup pemahaman terhadap isi pesan dan cara penyampaiannya (strategi pengorganisasian) sedangkan unsur penilaian mencakup penialaian terhadap kebenaran isi pesan dan ketepatan cara penyampaiannya, termasuk di dalamnya keefektivan penggunaan bahasa.

Dengan dasar pemahaman makna membaca kritis di atas, maka kemampuan membaca kritis sesorang dapat diukur dari ketepatannya memahami isi dan cara penyampaian pesan dalam suatu wacana, serta kekritisannya dalam menilai kebenaran isi pesan dan ketepatan cara penyampaianya. Dasar pemahaman inilah yang akan dijadikan dasar penilaian kemampuan membaca kritis dalam penelitian ini.

Tidak ada komentar: